1. Hopbeard Plunderfish.
Ikan aneh ini ditemukan di Antratika, spesies ikan aneh ini menurut hasil analisis para peneliti, ikan tersebut adalah spesies yang baru pertama kali ditemukan. Pada hasil penelitian yang diterbitkan di Jurnal ZooKeys itu, ikan tersebut dijuluki Hopbeard Plunderfish, dan memiliki nama ilmiah Pogonophryne neyelovi. Ikan spesies terbaru ini terlihat sangat aneh, warna tubuhnya kecoklatan, memiliki bentuk seperti kecebong (anak kodok). Di sepanjang punggungnya, tumbuh sirip tajam yang membentang hingga ke belakang. Dan, di bawah mulut tumbuh sungut. Dari tiga ikan yang berhasil ditangkap, ukuran yang paling besar memiliki panjang 14 inci, atau setara 35,5 sentimeter. Meski tidak benar-benar aneh, ikan yang diperkirakan hidup di kedalaman 1.390 meter, atau setara 4.560 kaki ini, memiliki bentuk yang unik. Hopbeard Plunderfish memiliki hati yang sangat besar, hampir 35 persen perutnya diisi oleh hati. Belum ada yang mengetahui perilaku spesies ikan ini ketika berada di lautan dalam. Seperti dilansir Live Science, hasil penelitian ini sudah bisa dilihat di Jurnal ZooKeys yang diterbitkan pada 30 April 2013, dengan judul "Pogonophryne neyelovi, a new species of Antarctic short-barbeled plunderfish from the deep Ross Sea".
2. Cyanogaster noctivaga.
Belum
lama ini tim peneliti menemukan spesies ikan baru di Rio Negro yang
merupakan anak sungai Amazon, Amerika Serikat (AS). Dilansir
Mongabay,
Rabu (3/4/2013), ikan ini diberi nama spesies Cyanogaster noctivaga
memiliki arti pengembara malam biru-bellied.
Dalam publikasinya di jurnal Exploration of Freshwaters, dikatakan
ikan Cyanogaster ini juga termasuk hewan noktural.
Ikan ini memiliki keunikan yakni memiliki tubuh transparan dari
bagian perut hingga ekornya. Sedangkan, pada kepalanya terdapat
campuran warna biru, oranye, dan merah. Dengan memiliki panjang tubuh
0,66 inci atau sekira 17 milimeter, membuatnya menjadi salah satu
hewan vertebrata terkecil di dunia. “Ini adalah hewan kecil yang
unik, karena benar-benar transparan dengan pola warna yang unik,”
jelas seorang ahli ikan (ichthyologist)
di London Natural History Museum, Ralf Britz. Tim peneliti
berpendapat bahwa karena keadaan tubuhnya yang transparan dan kecil,
ikan
ini tidak terdeteksi keberadaannya selama beberapa dekade
3. Eviota Pamae
Seorang pengusaha yang juga petualang asal Amerika Serikat bernama William Matthew Brooks bersama beberapa rekannya telah berhasil mengidentifikasi spesies baru ikan yang hidup di perairan sekitar Pulau Kei Besar, Kepulauan Kei, Propinsi Maluku. Spesies ini dinamai Eviota pamae, sebagai penghargaan atas istrinya yang bernama Pamela Scott Rorke. Pamela juga bagian dari tim penyelam yang melakukan ekspedisi yang berhasil menemukan spesies ikan baru ini bulan Februari 2013 silam ini. Eviota pamae masuk ke dalam famili gobiidae, yang merupakan famili terbesarikan-ikan laut yang terdiri dari sekitar 1600 jenis. Badan ikan dari famili ini biasanya memanjang, dan ukurannya sekitar 15 cm. Pada beberapa jenis saluran dan pori-pori berkembang di kepala. Gigi kecil, conical atau villiform yang membentuk seperti pita di rahang. Beberapa jenis dengan dua sirip punggung, akan tetapi lainnya dengan satu sirip punggung; sirip punggung yang pertama dengan jari-jari keras yang fleksibel, sirip punggung yang kedua dengan jari-jari lunak; sirip perut pada beberapa jenis terhubungkan sampai membentuk bentuk lempengan mangkok, tetapi terpisah pada beberapa jenis. Penemuan spesies baru ini baru diumumkan pada bulan April 2013, dua bulan setelah penemuannya di kepulauan Kei tersebut. Dengan melakukan identifikasi terhadap 42 spesimen yang dibawa ke San Francisco, Amerika Serikat, tim William Brooks memastikan bahwa spesies yang ditemukan ini adalah spesies baru yang berbeda dari kerabat terdekatnya, Eviota raja. Spesies Eviota raja sendiri bisa ditemui di perairan Raja Ampat, di dekat wilayah kepala burung propinsi Papua. Kedua spesies ini berbeda dari pola warna di tubuh mereka. Spesies baru Eviota pamae ini saat ini diketahui hanya hidup di perairan di sekitar kepulauan Kei, di Maluku. Penemuan besar ini telah dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah Aqua, International Journal of Ichthyology, yang secara khusus memuat ikan temuan baru dari kepulauan Maluku ini sebagai laporan utama dan cover mereka. Jurnal Aqua sendiri mendeskripsikan ikan Eviota pamae sebagai: “….spesies yang memiliki warna cerah yang ditemukan oleh penyelam William Matthews Brooks dan Mark Erdmann saat kunjungan singkat mereka ke kepulauan Kei di Maluku, Indonesia….”
4. Snailfish
Jenis baru snailfish ini ditemukan di antara Peru-Chile, sisi tenggara Samudera Pasifik. Makhluk mirip kecebong ini memiliki panjang sekitar 10 inci dengan kepala besar, mata kecil dan sirip di perut. Mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan sangat dingin dan penuh tekanan. Selain itu, ada pula sekelompok belut dan crustacean besar di sekitar jurang sempit di wilayah yang sulit bagi kehidupan makhluk laut. Penemuan di salah satu tempat terdalam di planet ini dilakukan oleh tim ahli biologi kelautan dari University of Aberdeen dan ahli dari Jepang serta Selandia Baru. Tim tersebut melakukan ekspedisi tiga minggu dengan menggunakan teknologi pencitraan laut untuk mengambil 6.000 gambar pada kedalaman 4.500 meter hingga 8 ribu meter. Ini adalah misi ketujuh yang dilakukan oleh proyek penelitian kolaborasi antara Oceanlab dari University of Aberdeen dan Ocean Research Institute di University of Tokyo. Selain itu didukung oleh lembaga penelitian National Institute of Water and Atmospheric (NIWA) dari Selandia Baru. Ilmuwan dari Oceanlab, Dr Alan Jamieson, yang memimpin ekspedisi mengatakan bahwa penemuan terbaru ini membantu penggambaran kehidupan di laut terdalam Bumi. Penemuan kami mengungkapkan keragaman spesies yang melimpah di kedalaman yang sebelumnya tanpa kehidupan ikan. Selanjutnya, ilmuwan dapat memikirkan kembali soal populasi lautan di kedalaman ekstrim,Â? kata Jamieson. Ekspedisi ini dipicu oleh penemuan di 2011 dan 2012 di Jepang dan Selandia Baru. Mereka menemukan spesies baru snailfish yang dikenal sebagai Liparids di kedalaman sekitar 7 ribu meter.
Jenis baru snailfish ini ditemukan di antara Peru-Chile, sisi tenggara Samudera Pasifik. Makhluk mirip kecebong ini memiliki panjang sekitar 10 inci dengan kepala besar, mata kecil dan sirip di perut. Mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan sangat dingin dan penuh tekanan. Selain itu, ada pula sekelompok belut dan crustacean besar di sekitar jurang sempit di wilayah yang sulit bagi kehidupan makhluk laut. Penemuan di salah satu tempat terdalam di planet ini dilakukan oleh tim ahli biologi kelautan dari University of Aberdeen dan ahli dari Jepang serta Selandia Baru. Tim tersebut melakukan ekspedisi tiga minggu dengan menggunakan teknologi pencitraan laut untuk mengambil 6.000 gambar pada kedalaman 4.500 meter hingga 8 ribu meter. Ini adalah misi ketujuh yang dilakukan oleh proyek penelitian kolaborasi antara Oceanlab dari University of Aberdeen dan Ocean Research Institute di University of Tokyo. Selain itu didukung oleh lembaga penelitian National Institute of Water and Atmospheric (NIWA) dari Selandia Baru. Ilmuwan dari Oceanlab, Dr Alan Jamieson, yang memimpin ekspedisi mengatakan bahwa penemuan terbaru ini membantu penggambaran kehidupan di laut terdalam Bumi. Penemuan kami mengungkapkan keragaman spesies yang melimpah di kedalaman yang sebelumnya tanpa kehidupan ikan. Selanjutnya, ilmuwan dapat memikirkan kembali soal populasi lautan di kedalaman ekstrim,Â? kata Jamieson. Ekspedisi ini dipicu oleh penemuan di 2011 dan 2012 di Jepang dan Selandia Baru. Mereka menemukan spesies baru snailfish yang dikenal sebagai Liparids di kedalaman sekitar 7 ribu meter.
5. Balitora
Jalpali.
Tim peneliti belum lama ini telah menemukan spesies ikan baru yang dinamakan Balitora Jalpalli di anak Sungai Bharathapuzha, Sungai Kunthi, Silent Valley National Park, India. Dilansir NewIndianExpress, Senin (1/4/2013), ikan ini merupakan ikan air tawar baru yang memiliki sifat unik yaitu suka menempel di bebatuan sungai. Adapun, lima karakter utama Balitora Jalpalli diantaranya seperti kepala panjang, bentuk batang ekornya yang berbeda dari kebanyakan ikan lainnya, lebar kepala, dan perbedaan jumlah pola pada sirip belakang. Tim peneliti mengungkapkan nama “Jalpalli” berasal dari bahasa Sanskerta. “Jal” artinya adakah air, sedangkan “Palli” artinya penampilan ikan yang menyerupai kadal. Balitora Jalpali memiliki panjang badan 61,7 milimeter dengan kulit berwarna cokelat kekuningan. “Sementara kami masih mencari informasi lebih lanjut mengenai spesies baru ini, keragaman ikan air tawar di wilayah ini berada di bawah ancaman beragam kegiatan manusia di lingkungan sekitar sungai,” jelas ketua tim peneliti dari Zoological Survey of India, Rajeev Raghavan. Dari 12 spesies Balitora tersebar di dunia, empat diantaranya ditemukan di India, seperti ikan Balitora burmanica, Balitora brucei, Balitora lati cauda, dan Balitora mysorensis.
Tim peneliti belum lama ini telah menemukan spesies ikan baru yang dinamakan Balitora Jalpalli di anak Sungai Bharathapuzha, Sungai Kunthi, Silent Valley National Park, India. Dilansir NewIndianExpress, Senin (1/4/2013), ikan ini merupakan ikan air tawar baru yang memiliki sifat unik yaitu suka menempel di bebatuan sungai. Adapun, lima karakter utama Balitora Jalpalli diantaranya seperti kepala panjang, bentuk batang ekornya yang berbeda dari kebanyakan ikan lainnya, lebar kepala, dan perbedaan jumlah pola pada sirip belakang. Tim peneliti mengungkapkan nama “Jalpalli” berasal dari bahasa Sanskerta. “Jal” artinya adakah air, sedangkan “Palli” artinya penampilan ikan yang menyerupai kadal. Balitora Jalpali memiliki panjang badan 61,7 milimeter dengan kulit berwarna cokelat kekuningan. “Sementara kami masih mencari informasi lebih lanjut mengenai spesies baru ini, keragaman ikan air tawar di wilayah ini berada di bawah ancaman beragam kegiatan manusia di lingkungan sekitar sungai,” jelas ketua tim peneliti dari Zoological Survey of India, Rajeev Raghavan. Dari 12 spesies Balitora tersebar di dunia, empat diantaranya ditemukan di India, seperti ikan Balitora burmanica, Balitora brucei, Balitora lati cauda, dan Balitora mysorensis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar